Sinopsis : TANAH AIR BETA
Genre : Drama Keluarga
Sutradara : Ari Sihasale
Pemain : Alexandra Gottardo, Asrul Dahlan, Griffit Patricia, Yehuda Rumbindi, Robby Tumewu, Tessa Kaunang, Ari Sihasale, Lukman Sardi, serta Marcel Raymond.
Produksi : Alenia Pictures
Tanggal rilis : 17 Juni 2010
Durasi : 90 menit
Film ini bukan adalah kisah nyata namun didasarkan pada kisah nyata yaitu ketika pada tahun 1999, propinsi ke-27 Indonesia yaitu Timor Timur memisahkan diri serta menjadi negara sendiri dengan nama Timor Leste.
Namun ada sebagian kecil warga Timor Leste (kurang lebih 300.000 orang) yang tetap memilih untuk menjadi warga negara Indonesia jadi mereka wajib rela meninggalkan Timor Leste serta mengungsi ke wilayah Indonesia yaitu di Kupang (Nusa Tenggara Timur).
Sebagian dari mereka juga terpaksa berpisah dengan keluarganya yang memilih untuk tetap menjadi warga negara Timor Leste. Mesikipun begitu mereka tetap dapat berjumpa dengan saudaranya dari Timor Leste di daerah perbatasan (Atambua) dengan perantaranya adalah sukarelawan-sukarelawan dari PBB.
Diantara para pengungsi itu ada seorang janda beranak 2 bernama Tatiana yang hanya mengangkat anak keduanya ke Kupang yaitu seorang anak perempuan berumur 10 tahun yang bernama Merry, sedangkan anak pertamanya yaitu seorang anak laki-laki berumur 12 tahun bernama Mauro tetap di Timor Leste dengan pamannya.
Di Kamp evakuasi yang gersang itu, Tatiana bekerja sebagai guru yang membimbing sekolah darurat. Mesikipun miskin, Tatiana tetap dapat nasib tenang sebab didampingi oleh sahabat-sahabat setianya yaitu :
1. Abu Bakar, seorang penjual bensin eceran yang buta huruf tapi baik hati
2. Koh Ipin serta Cik Irene, suami-istri keturunan Tionghoa pemilik toko kelontong yang juga sangat sayang terhadap Tatiana serta anaknya.
3. Carlo, seorang anak laki-laki berumur 10 tahun yang adalah kawan sekolah Merry. Mesikipun tak jarang mengganggu Merry tapi sebetulnya Carlo sayang terhadap Merry serta menganggapnya sebagai adiknya sendiri sebab kedua orang tuanya telah meninggal dunia jadi Carlo nasib sebatang kara.
Namun ada satu faktor yang sangat mengganggu pikiran Tatiana yaitu ia sangat ingin berjumpa dengan anak pertamanya yang tinggal di Timor Leste yaitu Mauro. Mesikipun sedang sakit namun Tatiana bersama Abu Bakar berangkat ke perbatasan serta seusai menempuh perjalanan naik sepeda motor selagi 8 jam, akhirnya Tatiana mendapat info mengenai Mauro dari seorang sukarelawan PBB.
Betapa hancur hati Tatiana sebab berdasakan info dari sukarelawan itu nyatanya Mouro tak mau berjumpa lagi dengan Tatiana sebab merasa sakit hati dampak ditinggal di Timor Leste. Tatiana telah berusaha merahasiakan persoalan itu terhadap Merry sebab ia tahu bahwa Merry sangat sayang terhadap kakaknya namun akhirnya Merry mengenalnya sebab tanpa sengaja mendengar Tatiana menuturkan persoalan Mauro itu dengan Abu Bakar.
Mendengar berita mengenai kakak yang sangat dicintainya itu, Merry meperbuat perbuatan nekad yaitu memecah celengannya serta hanya dengan berbekal sebotol air mineral serta sebatang coklat pemberian Cik Irene, Merry diam-diam berangkat ke perbatasan yang jaraknya ribuan kilometer itu seorang diri.
Tidak lupa, sebagai oleh-oleh buat kakaknya, Merry membeli suatu kaos basket dari Cik Irene serta Koh Ipin. Difotokan bahwa Cik Irene serta Koh Ipin sangat sayang terhadap merry jadi rela kaos basket yang seharga 50.000 rupiah itu dibeli Merry dengan harga 5000 rupiah.
Tatiana seusai mengenal Merry hilang pasti saja sangat kebingungan serta berusaha mencarinya bersama Abu Bakar namun tak juga ketemu. Tatiana akhirnya dapat mengambil kesimpulan bahwa Merry pasti berangkat ke perbatasan untuk berjumpa dengan Mauro, Tatiana bakal berangkat menyusul ke perbatasan namun dilarang oleh Abu Bakar sebab Tatiana tetap dalam keadaan sakit.
Untuk menghibur Tatiana, Abu Bakar menyuruh Carlo berangkat ke perbatasan untuk mencari Merry. Mesikipun jaraknya ribuan kilometer, Carlo bersedia berangkat ke perbatasan sebab ia merasa sempat berbuat kesalahan besar pada Merry jadi Merry tak mau lagi berkawan dengannya. Kesalahan besar itu adalah ketika tanpa sengaja Carlo menjatuhkan harmonika Merry yang adalah pemberian Mauro ke sungai.
Carlo membeli harmonika bekas kemudian naik angkutan umum ke perbatasan.
Sementara itu, Merry tak dapat hingga ke perbatasan sebab uangnya tak lumayan lagi untuk bayar angkutan umum. Mesikipun perbatasan tetap sangat jauh, Merry nekad meneruskan perjalanan dengan berlangsung kaki hingga akhirnya pingsan sebab kelelahan.
Untunglah Carlo hingga di tempat Merry jadi dapat mengangkat Merry ke rumah sakit terdekat.
Berkat pertolongan Carlo, Merry dapat sembuh serta dirinya dapat memaafkan Carlo, apalagi seusai Carlo memberinya suatu harmonika. Namun Carlo gagal membujuk Merry untuk pulang kembali ke ibunya. Akhirnya Carlo serta Merry sama-sama nekad melanjutkan perjalanan ke perbatasan dengan menumpang angkutan apa saja yang penting gratis, tergolong menumpang truk yang mengangkut kambing.
Supaya tak mati kelaparan, Carlo tanpa sepengetahuan Merry terpaksa mencuri makanan dari penduduk setempat namun Merry akhirnya tahu serta sangat marah. Akhirnya Carlo mencari makanan dengan tutorial halal yaitu menjadi buruh pencuci piring di suatu warung.
Seusai menempuh perjalanan panjang, akhirnya keesokan harinya Merry serta Carlo dapat hingga di perbatasan Indonesia serta Timor Leste. Kemudian Merry juga dapat minta bantuan pada seorang sukarelawan untuk dipertemukan dengan Mauro.
Saat yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, berbagai warga negara Timor Leste yang diundang oleh para sukerelawan datang ke perbatasan untuk dipertemukan dengan saudaranya yang warga negara Indonesia.
Namun muncul persoalan besar, Merry serta kakaknya telah lama tak beretemu jadi Mauro pasti tak lagi mengenali Merry sedangkan Merry sendiri juga tak dapat mengenali lagi wajah Mauro.
Merry putus asa serta berniat pulang saja ke Kupang.
Untungnya Carlo mendapat ide cemerlang, Merry serta Carlo menyanyikan lagu yang dulu sempat diajarkan Mauro terhadap Merry yaitu “Kasih Ibu”.
Ide Carlo itu nyatanya sukses sebab tiba-tiba datang seorang anak laki-laki berumur 12 tahun yang juga menyanyikan lagu “Kasih Ibu” serta nyatanya ia terbukti sangatlah Mauro.
Betapa tersanjungnya Merry serta Mauro sebab dapat berjumpa lagi apalagi pada saat itu datang Tatiana serta Abu Bakar. Pada awalnya Mauro tetap marah pada ibunya namun seusai Merry membahas bahwa Tatiana terpaksa meninggalkan Mauro di Timor Leste sebab keadaan di evakuasi tetap sangat susah, apabila keadaan telah baik Tatiana bakal menjemput Mauro. Sebagai tanda bahwa Tatiana sayang pada Mauro, Merry menunjukkan barang-barang Mauro yang tetap disimpan Tatiana.
Mauro akhirnya dapat menerima ibunya. Carlo juga sangat tersanjung sebab ia tak lagi sebatang kara sebab mendapat “keluarga baru” yaitu Tatiana, Merry serta Mauro.
Opini saya mengenai film ini :
Melewati film Tanah Air Beta ini, Ari Sihasale sang sutradara sekaligus produser kembali dengan filmnya yang rutin bertema anak-anak serta semangat nasionalis.
Meskipun ada sedikit tema politis namun menurut saya film ini lumayan menghibur sebab berisi adegan-adegan yang mengharukan namun saya yakin tak hingga membikin menangis sebab diselingi adegan-adegan lucu.
Selain itu yang membikin film ini lebih luar biasa, film ini dipenuhi dengan pemandangan khas daerah Atambua yang gersang tapi indah itu jadi lumayan memanjakan mata. Oleh sebab itu, menurut saya bakal sayang sekali apabila film ini hanya ditonton di layar televisi alias monitor computer namun lebih baik ditonton di bioskop yang layarnya lebar.
Sutradara : Ari Sihasale
Pemain : Alexandra Gottardo, Asrul Dahlan, Griffit Patricia, Yehuda Rumbindi, Robby Tumewu, Tessa Kaunang, Ari Sihasale, Lukman Sardi, serta Marcel Raymond.
Produksi : Alenia Pictures
Tanggal rilis : 17 Juni 2010
Durasi : 90 menit
Film ini bukan adalah kisah nyata namun didasarkan pada kisah nyata yaitu ketika pada tahun 1999, propinsi ke-27 Indonesia yaitu Timor Timur memisahkan diri serta menjadi negara sendiri dengan nama Timor Leste.
Namun ada sebagian kecil warga Timor Leste (kurang lebih 300.000 orang) yang tetap memilih untuk menjadi warga negara Indonesia jadi mereka wajib rela meninggalkan Timor Leste serta mengungsi ke wilayah Indonesia yaitu di Kupang (Nusa Tenggara Timur).
Sebagian dari mereka juga terpaksa berpisah dengan keluarganya yang memilih untuk tetap menjadi warga negara Timor Leste. Mesikipun begitu mereka tetap dapat berjumpa dengan saudaranya dari Timor Leste di daerah perbatasan (Atambua) dengan perantaranya adalah sukarelawan-sukarelawan dari PBB.
Diantara para pengungsi itu ada seorang janda beranak 2 bernama Tatiana yang hanya mengangkat anak keduanya ke Kupang yaitu seorang anak perempuan berumur 10 tahun yang bernama Merry, sedangkan anak pertamanya yaitu seorang anak laki-laki berumur 12 tahun bernama Mauro tetap di Timor Leste dengan pamannya.
Di Kamp evakuasi yang gersang itu, Tatiana bekerja sebagai guru yang membimbing sekolah darurat. Mesikipun miskin, Tatiana tetap dapat nasib tenang sebab didampingi oleh sahabat-sahabat setianya yaitu :
1. Abu Bakar, seorang penjual bensin eceran yang buta huruf tapi baik hati
2. Koh Ipin serta Cik Irene, suami-istri keturunan Tionghoa pemilik toko kelontong yang juga sangat sayang terhadap Tatiana serta anaknya.
3. Carlo, seorang anak laki-laki berumur 10 tahun yang adalah kawan sekolah Merry. Mesikipun tak jarang mengganggu Merry tapi sebetulnya Carlo sayang terhadap Merry serta menganggapnya sebagai adiknya sendiri sebab kedua orang tuanya telah meninggal dunia jadi Carlo nasib sebatang kara.
Namun ada satu faktor yang sangat mengganggu pikiran Tatiana yaitu ia sangat ingin berjumpa dengan anak pertamanya yang tinggal di Timor Leste yaitu Mauro. Mesikipun sedang sakit namun Tatiana bersama Abu Bakar berangkat ke perbatasan serta seusai menempuh perjalanan naik sepeda motor selagi 8 jam, akhirnya Tatiana mendapat info mengenai Mauro dari seorang sukarelawan PBB.
Betapa hancur hati Tatiana sebab berdasakan info dari sukarelawan itu nyatanya Mouro tak mau berjumpa lagi dengan Tatiana sebab merasa sakit hati dampak ditinggal di Timor Leste. Tatiana telah berusaha merahasiakan persoalan itu terhadap Merry sebab ia tahu bahwa Merry sangat sayang terhadap kakaknya namun akhirnya Merry mengenalnya sebab tanpa sengaja mendengar Tatiana menuturkan persoalan Mauro itu dengan Abu Bakar.
Mendengar berita mengenai kakak yang sangat dicintainya itu, Merry meperbuat perbuatan nekad yaitu memecah celengannya serta hanya dengan berbekal sebotol air mineral serta sebatang coklat pemberian Cik Irene, Merry diam-diam berangkat ke perbatasan yang jaraknya ribuan kilometer itu seorang diri.
Tidak lupa, sebagai oleh-oleh buat kakaknya, Merry membeli suatu kaos basket dari Cik Irene serta Koh Ipin. Difotokan bahwa Cik Irene serta Koh Ipin sangat sayang terhadap merry jadi rela kaos basket yang seharga 50.000 rupiah itu dibeli Merry dengan harga 5000 rupiah.
Tatiana seusai mengenal Merry hilang pasti saja sangat kebingungan serta berusaha mencarinya bersama Abu Bakar namun tak juga ketemu. Tatiana akhirnya dapat mengambil kesimpulan bahwa Merry pasti berangkat ke perbatasan untuk berjumpa dengan Mauro, Tatiana bakal berangkat menyusul ke perbatasan namun dilarang oleh Abu Bakar sebab Tatiana tetap dalam keadaan sakit.
Untuk menghibur Tatiana, Abu Bakar menyuruh Carlo berangkat ke perbatasan untuk mencari Merry. Mesikipun jaraknya ribuan kilometer, Carlo bersedia berangkat ke perbatasan sebab ia merasa sempat berbuat kesalahan besar pada Merry jadi Merry tak mau lagi berkawan dengannya. Kesalahan besar itu adalah ketika tanpa sengaja Carlo menjatuhkan harmonika Merry yang adalah pemberian Mauro ke sungai.
Carlo membeli harmonika bekas kemudian naik angkutan umum ke perbatasan.
Sementara itu, Merry tak dapat hingga ke perbatasan sebab uangnya tak lumayan lagi untuk bayar angkutan umum. Mesikipun perbatasan tetap sangat jauh, Merry nekad meneruskan perjalanan dengan berlangsung kaki hingga akhirnya pingsan sebab kelelahan.
Untunglah Carlo hingga di tempat Merry jadi dapat mengangkat Merry ke rumah sakit terdekat.
Berkat pertolongan Carlo, Merry dapat sembuh serta dirinya dapat memaafkan Carlo, apalagi seusai Carlo memberinya suatu harmonika. Namun Carlo gagal membujuk Merry untuk pulang kembali ke ibunya. Akhirnya Carlo serta Merry sama-sama nekad melanjutkan perjalanan ke perbatasan dengan menumpang angkutan apa saja yang penting gratis, tergolong menumpang truk yang mengangkut kambing.
Supaya tak mati kelaparan, Carlo tanpa sepengetahuan Merry terpaksa mencuri makanan dari penduduk setempat namun Merry akhirnya tahu serta sangat marah. Akhirnya Carlo mencari makanan dengan tutorial halal yaitu menjadi buruh pencuci piring di suatu warung.
Seusai menempuh perjalanan panjang, akhirnya keesokan harinya Merry serta Carlo dapat hingga di perbatasan Indonesia serta Timor Leste. Kemudian Merry juga dapat minta bantuan pada seorang sukarelawan untuk dipertemukan dengan Mauro.
Saat yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, berbagai warga negara Timor Leste yang diundang oleh para sukerelawan datang ke perbatasan untuk dipertemukan dengan saudaranya yang warga negara Indonesia.
Namun muncul persoalan besar, Merry serta kakaknya telah lama tak beretemu jadi Mauro pasti tak lagi mengenali Merry sedangkan Merry sendiri juga tak dapat mengenali lagi wajah Mauro.
Merry putus asa serta berniat pulang saja ke Kupang.
Untungnya Carlo mendapat ide cemerlang, Merry serta Carlo menyanyikan lagu yang dulu sempat diajarkan Mauro terhadap Merry yaitu “Kasih Ibu”.
Ide Carlo itu nyatanya sukses sebab tiba-tiba datang seorang anak laki-laki berumur 12 tahun yang juga menyanyikan lagu “Kasih Ibu” serta nyatanya ia terbukti sangatlah Mauro.
Betapa tersanjungnya Merry serta Mauro sebab dapat berjumpa lagi apalagi pada saat itu datang Tatiana serta Abu Bakar. Pada awalnya Mauro tetap marah pada ibunya namun seusai Merry membahas bahwa Tatiana terpaksa meninggalkan Mauro di Timor Leste sebab keadaan di evakuasi tetap sangat susah, apabila keadaan telah baik Tatiana bakal menjemput Mauro. Sebagai tanda bahwa Tatiana sayang pada Mauro, Merry menunjukkan barang-barang Mauro yang tetap disimpan Tatiana.
Mauro akhirnya dapat menerima ibunya. Carlo juga sangat tersanjung sebab ia tak lagi sebatang kara sebab mendapat “keluarga baru” yaitu Tatiana, Merry serta Mauro.
Opini saya mengenai film ini :
Melewati film Tanah Air Beta ini, Ari Sihasale sang sutradara sekaligus produser kembali dengan filmnya yang rutin bertema anak-anak serta semangat nasionalis.
Meskipun ada sedikit tema politis namun menurut saya film ini lumayan menghibur sebab berisi adegan-adegan yang mengharukan namun saya yakin tak hingga membikin menangis sebab diselingi adegan-adegan lucu.
Selain itu yang membikin film ini lebih luar biasa, film ini dipenuhi dengan pemandangan khas daerah Atambua yang gersang tapi indah itu jadi lumayan memanjakan mata. Oleh sebab itu, menurut saya bakal sayang sekali apabila film ini hanya ditonton di layar televisi alias monitor computer namun lebih baik ditonton di bioskop yang layarnya lebar.
0 Response to "Sinopsis : TANAH AIR BETA"
Posting Komentar